MENGUBAH MINDSET NELAYAN TERHADAP SAMPAH
Oleh : Firmansyah, S.Pi
Jumlah sampah yang ada di laut menjadi salah satu trending topik yang menjadi perbincangan para ahli sampai saat ini. Keberadaan sampah di laut memang sudah sangat mengkhawatirkan. Sebagian besar sampah di laut khususnya sampah plastik bersumber dari sampah rumah tangga. Selain itu juga banyak bersumber dari buangan kapal-kapal komersil maupun kapal nelayan yang belum sadar akan bahaya dari sampah tersebut.
Mereka tidak menyadari bahwa akibat dari sampah tersebut akan Kembali kepada kita manusia yang memanfaatkan sumber protein dari laut. Saat ini ramai diberitakan tentang "Mikro Plastik" yang ditemukan oleh para peneliti pada daging ikan. Mikro plastik plastik dalam bentuk partikel yang berukuran kurang dari 5 mm sehingga sulit untuk terlihat oleh mata secara langsung. Mikro plastik ini akan memberikan dampak yang membahayakan bagi organisme maupun manusia yang mengkonsumsinya.
Dengan ditemukannya bahan mikro plastik ini dalam daging ikan, tentunya ini akan mempunyai dampak yang lebih membahayakan lagi bagi manusia karena sifatnya yang tidak mudah untuk di deteksi secara langsung. Berbeda halnya jika ikan yang ditangkap dengan menggunakan potassium atau menggunakan bahan peledak atau ikan yang diberikan formalin, ciri-cirinya akan terlihat lebih mudah. Berbeda halnya jika daging ikan yang mengandung mikro plastik, kita tidak akan menyadarinya jika kita mengkonsumsinya.
Saat ini masih banyak nelayan kita yang belum sadar akan bahaya dari membuang sampah non organik ke laut. Dari hasil wawancara dengan nelayan, mereka sering langsung membuang begitu saja ke laut kemasan-kemasan plastik yang mereka gunakan saat sedang melaut, contohnya gelas air mineral. Mungkin mereka berpikir bahwa sampah plastik yang mereka buang ke laut tersebut jumlahnya tidak banyak. Padahal jika terdapat 1000 nelayan yang memiliki pikiran yang sama setiap hari, maka akan terdapat 1000 gelas air mineral yang mengapung di permukaan laut dalam sehari. Bagaimana jika aktifitas ini dilakukan sepanjang tahun sementara sampah seperti ini sangat susah terurai. Inilah salah satu penyebab dimana pada tubuh mamalia laut yang mati seperti paus, terdapat sampah plastik di dalam tubuhnya karena mereka tidak dapat membedakan antara makanan dengan sampah.Dengan banyaknya sampah yang terdapat di dalam pencernaan mamalia laut yang mati tersebut, tentunya harus menjadi perhatian khusus untuk penanganan samapah di laut ini.
Kementerian Kelautan dan Perikanan telah berupaya untuk mengurangi sampah di laut ini dengan program Bulan Cinta Laut atau dikenal dengan istilah "BCL". Program ini cukup inovatif dimana pada bulan yang telah ditentukan, nelayan yang berada pada wilayah pelaksanaan BCL, mereka turun melaut bukan untuk mencari ikan, tetapi mencari sampah-sampah yang mengapung di lautan dan mengumpulkannya kemudian di bawa ke darat untuk ditimbang dan ditukar dengan sejumlah uang.
Di wilayah Kabupaten Kolaka, permasalahan ini juga terjadi. Banyak sampah di lautan yang bersumber dari buangan sampah rumah tangga di darat yang terbawa arus ke tengah laut. Bahkan salah sat nelayan Pancing Rawai mengaku jika di mata pancingnya sering tersangkut "popok bayi". Tentunya hal yang mustahil jika sampah ini berasal dari laut karena tidak ada biota laut yang menggunakan popok bayi.
Kita patut bersyukur saat ini sudah mulai adanya masyarakat yang peduli dengan sampah. Banyak kelompok-kelompok muda yang mulai tergerak untuk bagaimana memanfaatkan sampah-sampah tersebut menjadi sesuatu yang dapat memberikan nilai tambah. Konsepnya secara umum hampir sama, yaitu dengan menggalakkan tabungan atau bank sampah. Sampah-sampah yang dikumpulkan oleh masyarakat tersebut nantinya akan diolah menjadi sesuatu yang bernilai. Sebagai contoh, sampah plastik dimana saat ini telah ada alat untuk mengolah sampah plastik tersebut menjadi biji plastik yang kemudian bisa diolah lagi menjadi barang-barang yang memiliki nilai ekomomis misalnya dibentuk menjadi papan. Ada juga yang mengubah nilai dari sampah tersebut untuk kemudian ditukarkan dengan sembako sehingga masyarakat khususnya nelayan semangat untuk ikut aktif tidak membuang sampah mereka lagi ke laut karena hasil dari mengumpulkan sampah tersebut dapat dinikmati untuk menambah penghasilan serta melindungi laut dari kerusakan yang hasilnya akan dinikmati oleh nelayan karena sumberdaya ikan terjaga karena lingkungannya yang sehat.
Salah satu kelompok pemuda di Kabupaten Kolaka yang bergerak di penanganan sampah, ke depannya mereka juga akan memprogramkan tukar sampah dengan BBM. Ini tentunya mendapat respon yang positif dari masyarakat khususnya nelayan karena BBM ini salah satu yang selalu menjadi kendala bagi nelayan karena sulit untuk mendapatkannya. Dengan adanya program ini, nantinya nelayan akan semakin semangat menjaga lingkungan karena apa yang mereka lakukan akan memberikan dampak yang positif serta menguntungkan bagi keberlangsungan profesi mereka.
*Penulis adalah anggota ikatan sarjana perikanan (ISPIKANI) dan sehari-hari bekerja sebagai P3T Ahli Muda Dinas Perikanan Kab. Kolaka